Senin, 25 Mei 2015

Struktur Skripsi dan Analisis Latar Belakang

1.      Skripsi berjudul “Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Tingkat Kematangan Emosi Anak Kasus Pada 3 Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Pekuncen Banyumas Tahun Ajaran 2012/2013”

2.      Struktur tulisan dalam skripsi.
1)      Halaman Judul
2)      Halaman Pengesahan
3)      Pernyataan Keaslian Tulisan
4)      Motto dan Persembahan
5)      Kata Pengantar
6)      Abstrak
7)      Daftar Isi
8)      Daftar Tabel
9)      Daftar Grafik
10)  Daftar Lampiran
11)  BAB 1. PENDAHULUAN
a.       Latar Belakang
b.      Rumusan Masalah
c.       Tujuan Penelitian
d.      Manfaat Penelitian
e.       Sistematika Penulisan Skripsi
12)  BAB 2. LANDASAN TEORI
a.       Penelitian Terdahulu
b.      Kematangan Emosi
c.       Pengertian Emosi
d.      Pengertian Kematangan Emosi
e.       Ciri-Ciri Emosi Pada Remaja
f.       Ciri-Ciri Kematangan Emosi
g.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
h.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kematangan Emosi
i.        Perceraian Orang Tua
j.        Pengertian Perceraian Orang Tua
k.      Faktor Penyebab Perceraian Orang Tua
l.        Dampak Perceraian Terhadap Tingkat Kematangan Emosi Anak
13)  BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
a.       Jenis Penelitian
b.      Subyek Penelitian  
c.       Fokus Penelitian  
d.      Sumber Data Penelitian
e.       Teknik Pengumpulan Data
f.       Observasi
g.      Wawancara
h.      Keabsahan Data
i.        Triangulasi Sumber
j.        Triangulasi Teknik
k.      Analisis Data
l.        Reduksi Data
m.    Penyajian Data
n.      Penarikan Simpulan Atau Verifikasi
14)  BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
a.       Hasil Penelitian
b.      Gambaran   Kondisi   Emosi   Anak   Korban   Perceraian   Sebelum Terjadi Perceraian
c.       Subyek Pertama
d.      Subyek Kedua
e.       Subyek Ketiga
f.       Gambaran   Kondisi   Emos Ana Korba Perceraian   Setelah Perceraian
g.      Subyek Pertama
h.      Subyek Kedua
i.        Subyek Ketiga
j.        Dampak  Perceraian  Orang  Tua  Terhadap  Tingkat  Kematangan Emosi Anak
k.      Pembahasan
l.        Subyek Pertama
m.    Subyek Kedua
n.      Subyek Ketiga
o.      Implikasi  bagi Pelaksana  Layanan  Bimbingan  dan Konseling  Di Sekolah
p.      Keterbatasan Penelitian
15)  BAB 5. PENUTUP
a.       Simpulan
b.      Saran
16)  Daftar Pustaka
17)  Lampiran

3.      Analisis Latar Belakang.
Bentuk emosi ada beberapa macam seperti : marah, malu, takut, cemas, cemburu, iri hati, sedih, gembira, kasih sayang, dan rasa ingin tahu. Pada masa remaja lebih cenderung memiliki emosi yang belum stabil sehingga terkadang muncul dengan sikap yang meledak-ledak. Remaja yang tidak dapat mengontrol emosinya dengan baik dapat menimbulkan rasa tidak aman, tidak senang, khawatir dan kesepian.
Kematangan emosi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk merespon emosi dengan baik, mampu mengontrol emosi, dan dapat bertindak secara dewasa.  Berikut merupakan tanda-tanda individu yang mengalami kematangan emosi menurut Walgito (2004: 45) sebagai berikut:
1.      Mampu menerima keadaan drinya maupun orang lain dengan baik.
2.      Mampu merespon stimulus dengan baik.
3.      Dapat mengontrol emosi dengan baik.
4.      Mempunyai sifat sabar, penuh pengertian, dan mempunyai toleransi yang baik.
5.      Mempunyai rasa tanggung jawab yang besar, dapat berdiri sendiri, tidak mudah frustasi, dan penuh pengertian dalam menghadapi masalah.
Masa remaja memiliki energi yang besar, perkembangan emosinya belum stabil sedangkan pengendalian dirinya belum terbentuk secara sempurna. Emosi seseorang dapat dikatakan matang jika ia dapat mengendalikan emosinya dengan baik sehingga akan menimbulkan suatu kebahagiaan.
Walgito (2004: 44) berpendapat bahwa antara kematangan emosi dan pikiran akan saling kait mengkait. Remaja yang emosinya telah matang memberikan reaksi emosional yang stabil dan tidak berubah-ubah.
Ada beberapa faktor untuk membentuk kematangan emosi anak seperti membimbing anak di lingkungan sekolah agar emosinya terjaga stabil. Pada usia antara 13-18 tahun remaja pada posisi awal, dimana masih mengalami banyak masalah, baik masalah fisik maupun psikologis.
Agar pergaulan sehari-hari dapat berjalan dengan baik dan dapat hidup dengan tentram mengendalikan emosi diri sangat penting, karena emosi dapat menghubungkan diri kepada orang lain.
Salah satu faktor yang dapat membentuk kematangan emosi anak adalah hubungan yang baik dengan orang tua atau keluarga. Keluarga merupakan suatu hal yang utama bagi anak karena keluarga sangat perperan penting dalam membentuk sikap dan karakter anak. Keluarga terbentuk karena adanya suatu perkawianan. Dalam suatu hubungan terkadang terdapat beberapa ketidak cocokan sehingga dapat menimbulkan suatu perpisahan atau perceraian.
Berakhirnya hubungan suami istri dan telah diputuskan oleh hukum dapat diartikan sebagai sebuah perceraian. Pada masa-masa ini perhatian yang besar terhadap anak sangat dibutuhkan, karena pada masa-masa ini anak sedang mengalami rasa kehilangan akan salah satu anggota keluarganya, ayah atau pun ibu. Hubungan yang tidak baik antara anak dan orang tua dapat menimbulkan suatu kemarahan yang dalam yang akan melekat pada diri anak.
Perceraian dapat terjadi karena ada beberapa sebab seperti : ketidakharmonisan, tidak ada tanggung jawab, dan masalah ekonomi.  Semakin tinggi angka perceraian maka semakin banyak pula anak-anak yang menjadi korban perceraian.
Dari suatu perceraian dapat menimbulkan suatu luka yang mendalam, bingung, marah, dan menimbulkan rasa tidak aman. Terkadang mereka tidak bisa menerima realita yang ada, sehingga dapat menimbulkan sikap bandel, nakal, pesimis, penakut, dan tidak konsentrasi dalam menerima pelajaran. Untuk itu hubungan yang baik antara anak dan kedua orang tua sangat diperlukan untuk membentuk kematangan emosi pada anak.
Disini peneliti melakukan suatu penelitian di SMP Negeri 2 Pekuncen Banyumas, dimana di sekolah tersebut terdapat beberapa siswa yang memiliki keluarga tidak utuh atau sudah bercerai. Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti menghasilkan sebuah data bahwa anak yang orang tuanya mengalami sebuah perceraian dapat menimbulkan sikap yang negatif seperti tidak dapat menerima keadaan yang alami, sering tergesa-gesa dalam bertindak, cenderung tidak dapat mengatur kapan emosi atau kemarahan diungkapkan, kurang memiliki rasa tanggung jawab, cenderung tidak dapat mandiri, cenderung bersikap tidak sabar, dan acuh dengan lingkungan sekitarnya. Kematangan emosi yang dimiliki anak yang kedua orangtuanya bercerai cenderung memiliki tingkat kematangan emosi yang rendah, dapat dilihat dari beberapa sikap yang muncul seperti tidak dapat mengendalikan emosi, sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, mudah tersinggung, sering melanggar peraturan sekolah, dan sering mencari perhatian kepada orang lain.
Sebagian besar anak-anak korban perceraian cenderung tidak dapat mengontrol emosi dari perceraian orang tua mereka, sehingga terkadang mereka melampiaskan rasa frustasi mereka terhadap hal-hal yang berlawanan dengan peraturan yang ada. Namun, ada beberapa anak yang dapat mengatasi atau melewati masa-masa sulit tersebut dengan cara yang positif seperti aktif dalam kegiatan organisasi, mampu hidup dengan mandiri, bahkan memiliki prestasi yang baik dalam bidang akademiknya. Anak tersebut merasa bahwa ia harus bangkit dan tidak boleh terpuruk terlalu lama dalam kehidupannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar