Senin, 25 Mei 2015

Resensi Film “ The Theory of Everyting”

Judul Film       : Theory of Everything 

Sutradara         : James Marsh
Produser          : Lisa Bruce & Anthony Mccarten
Durasi              : 02.03.25
Pemain            : -    Eddie Redmagne
-       Felicity Jomes
-       Tom Prior
-       Sophie Perry
-       Hary Lloyo
Film ini terinspirasi oleh kisah nyata seorang fisikiawan yang bernama Stephen Hawking dengan judul film “The Theory of Everyting” awalnya kisah nyata ini di tulis oleh istri Stephen Hawking yaitu Jane Hawking dalam sebuah buku “ Travelling to Infinity My Life with Stephen”. Film ini disutradarai oleh James Marsh dan diproduseri oleh Lisa Bruce dan Anthony Mccarten.
Kisah ini berawal dari pertemuan antara Stephen dan Jane dalam sebuah pesta. Di dalam sebuah pesta tersebutlah awal kisa dari kehidupan fisikiawan terkenal yaitu Stephen Hawking. Dari pertemuan tersebutlah kemudian mereka saling tertarik satu sama lain. Hingga akhirnya Stephen mencoba untuk memberanikan diri untuk mendekati Jane. Pada saat itu Stephen dan Jane merupakan dua sejoli yang sangat berbeda. Jane merupakan jamaat yang taat dan rajin kegereja sedangkan Stephen adalah kebalikannya bahkan ia tidak mempercayai adanya Tuhan.
Pada hari minggu selanjutnya Stephen mengajak Jane untuk makan siang di rumah kedua orang tua Stephen. Keluarga Stephen menyambut dengan ria gembira. Di situ Jane berusaha untuk lebih dekat lagi dengan keluarga Stephen.
Awalnya semuanya lancar seperti biasa, namun hal-hal aneh pun mulai terjadi dari Stepen tidak bisa berlari saat dikereta api, ia tidak bisa berlari cepat dan anehnya saat ia berjalan tiba-tiba ia terjatuh dan tidak bisa menggerakan badannya untuk menyanggah saat terjatuh. Karena kejadian itulah Stephen dibawa kerumah sakit dan sempat mengalami koma namun hanya sebentar.
Karena beberapa kejadian yang aneh Stephen menanyakan kepada dokter sakit apa yang ia derita. Setelah mengetahui bahwa ia terserang penyakit yang sampai sekarang belum ditemukan obatnya. Dokter mengatakan bahwa sisa hidupnya hanya tinggal 2 tahun tidak lebih. Mendengar hal tersebut sangatlah memukul Stephen hingga ia tidak mau ditemui oleh sahabatnya Brian bahkan wanita yang ia sukai yaitu Jane. Saat itu Stephen mengurung diri ia belum bisa menerima keadaannya.
Walaupun Stephen tidak mau bertemu dengan siapa pun Jane tetap bersikeras untuk menemui Stephen dan saat itulah Jane menyatakan cintanya kepada Stephen dan mau menerima Stephen apa adanya. Mendengar hal tersebut Stephen mulai sedikit demi sedikit dapat menerima kenyataan, bahkan ia segera memutuskan untuk menikah. 

Dalam kehidupan rumah tangga mereka tentunya mereka tahu bahwa mereka akan mengalami masa-masa yang sulit karena penyakit Stephen yang dapat membuatnya tidak bisa berjalan, tidak bisa berbicara, dan tidak dapat melakukan sesuatu hal seperti yang lainnya. Jane selalu mensuport Stephen agar tetap bersemangat menjalani hidupnya bahkan mereka mempunyai seorang anak dimana hal tersebut dapat mematahkan diagnosis dokter bahwa umur Stephen tinggal sedikit lagi. Beberapa tahun kemudian Stephen mempunyai anak lagi dan hal tersebut semakin mematahkan pernyataan dokter tersebut.
Film ini banyak mengambil setting tempat yang sangat cocok dengan film, setting tempatnya selalu membuat orang ingin pergi kesana juga. Dari semua setting tempat yang terbaik adalah saat berada di dekat danau pemandangannya indah sekali.
Film ini mempunyai beberapa kelebihan, yaitu alur cerita yang mudah dipahami dan pemilihan tempat-tempat yang sangat cocok dengan film. Kekurangan film ini adalah banyak menggunakan istilah-istilah yang jarang didengar seperti kata-kata tentang fisika.

Keseluruhan film ini sangatlah bagus dan menarik untuk ditonton, film ini menceritakan bagaimana perjuangan seorang istri demi suaminya dan film ini mengajarkan sesuatu yang mungkin belum kita pahami yaitu merelakan orang yang kita cintai demi sebuah kebahagiaan untuk orang yang paling kita cintai. 

Dampak Kerinduan Anak Kost Kepada Orang Tua Terhadap Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa Bimbingan Dan Konseling Universitas Teknologi Yogyakarta

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Keluarga merupakan suatu unit terkecil dari bagian masyarakat. Keluarga terdiri dari dua jenis, yaitu keluarga kecil dan keluarga besar. Keluarga kecil merupakan keluarga inti yang terdiri dari seorang anak dan kedua orang tuanya. Keluarga besar merupakan suatu keluarga yang memiliki ikatan darah seperti kakek, nenek, paman, bibi, keponakan, dan lain-lain.  Keluarga selalu ada dalam situasi dan kondisi apapun seperti sedih, marah, kecewa, bahagia, dan lain-lain. Keluarga adalah lingkungan pertama untuk mengenal belajar membentuk kepribadian diri seseorang.
Sejak lahir biasanya kita selalu dikelilingi oleh orang-orang yang kita sayangi, saat kita beranjak  memasuki usia sekolah Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, hingga saat Sekolah Menengah Atas. Dalam masa-masa usia tersebut, kebanyakan dari mereka masih berada di lingkungan keluarga mereka, namun akan berbeda lagi jika akan memasuki usia tingkat Perguruan Tinggi, survey membuktikan banyaknya penduduk pendatang baru merupakan anak kost yang sedang menuntut ilmu di berbagai Perguruan Tinggi di Yogyakarta.
Pada masa-masa menuntut ilmu di Perguruan tinggi banyak orang yang memilih jauh meninggalkan kampung halaman demi mendapatkan ilmu dan pengalaman terbaik dari Universitas yang telah dipilih. Menjadi anak kost merupakan pilihan yang tidak dapat terelakkan, jauhnya jarak Universitas dengan  tempat asal menjadi alasan utama mengapa harus menjadi anak kost. Selain menjadi tempat kita tinggal, kost merupakan rumah kedua yang kita miliki. Banyak yang berpendapat menjadi anak kost merupakan hal yang menyenangkan selain bisa belajar hidup mandiri dapat juga hidup sesuai dengan apa yang diinginkan karena merasa bebas tidak ada orang tua yang mengatur. Menjadi anak kost tidak semua seperti yang dibayangkan, ada kalanya kita merasa rindu akan hadirnya sosok orang tua yang jauh disana.
Kerinduan seorang anak kepada orang tua dapat menimbulkan berbagai dampak yang sangat dirasakan seperti sering melamun karena memikirkan kedua orang tua dan situasi rumah, tiba-tiba menangis saat mendengar lagu-lagu dengan tema Ayah atau Ibu, menimbulkan rasa ingin cepat pulang kampung, dan rendahnya atau menurunnya indeks prestasi kumulatif mahasiswa karena kurang konsentrasi dalam menerima materi perkuliahan. Perhatian orang tua saat anak berada di rumah dengan di luar rumah misalkan kost sangatlah berbeda. Saat berada di rumah perhatian orang tua sangat dirasa lebih banyak dan selalu ada, karena anak dan orang tua selalu bertemu dan berhubungan secara intens dengan mudah.
Perhatian orang tua sangat penting untuk menunjang semangat belajar anak. Menurut Dakir (2004;114) perhatian merupakan keaktifan peningkatan kesadaran seluruh fungsi jiwa yang dikerahkan dalam pemusatannya kepada barang sesuatu, baik yang ada didalam maupun yang ada diluar. Sedangkan yang dimaksud perhatian orang tua adalah kecenderungan keaktifan perhatian orang tua yang dikerahkan untuk memberikan motivasi atau dorongan yang positif terhadap anaknya dalam usaha mencapai prestasi belajar yang seoptimal mungkin.
Rasa cinta yang diberikan orang tua kepada anak merupakan cinta altruistik dimana cinta ini diberikan kepada seorang anak oleh kedua orang tuanya yang tidak ada batasnya. Hal tersebut menjadi alasan besar mengapa terkadang anak kost secara tiba-tiba rindu akan kedua orang tuanya.
Sebagian besar dari anak kost terkadang tidak mampu untuk mengatasi rasa rindunya kepada orang tua dan keluarga sehingga muncul permasalahan-permasalahan yang dihadapi seperti menurunnya daya konsentrasi saat menjalani proses perkuliahan, menurunnya semangat saat proses perkuliahan, kesulitan mengingat kembali pelajaran-pelajaran yang telah diberikan dosen saat sedang mengerjakan ujian, bahkan dapat mempengaruhi indeks prestasi kumulatif mahasiswa. Namun, ada beberapa mahasiswa yang dapat mengatasi rasa rindunya kepada orang tua dengan cara yang lebih positif yaitu bersemangat belajar dan bersemangat menjalani proses perkuliahan sebagai bentuk kecintaan terhadap orang tua dengan cara memberikan yang terbaik dan membuat bangga kedua orang tua.
Untuk mencegah masalah-masalah yang terjadi karena dampak  kerinduan antara anak dengan orang tua, dapat diminimalisir dengan cara menjaga komunikasi yang baik antara anak dan orang tua, sering menghubungi kedua orang tua, dan selalu memberikan doa kepada orang tua.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis mengambil penelitian dengan judul “Dampak Kerinduan Anak Kost Kepada Orang Tua Terhadap Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa Bimbingan Dan Konseling Universitas Teknologi Yogyakarta”.

Macam-Macam Jenis Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan Alur PKM

Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Ditlitabmas (Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat) Ditjen Dikti untuk meningkatkan mutu peserta didik (mahasiswa) di Perguruan Tinggi agar kelak dapat menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademis dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan meyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian serta memperkaya budaya nasional.
1.      Macam-Macam Jenis Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)
-          PKM-P Penelitian
Kreativitas yang inovatif dalam menemukan hasil karya melalui penelitian pada bidang profesi masing-masing. Kreativitas penemuan gagasan, ketepatan metode penelitian dan sumbangan berupa informasi bagi kemajuan ilmu pengetahuan merupakan pertimbangan utama.
-          PKM-K Kewirausahaan
Kreativitas yang inovatif dalam penciptaan ketrampilan berwirausaha dan berorientasi pada profit, umumnya didahului oleh survai pasar, karena relevansinya yang tinggi terhadap terbukanya peluang perolehan profit bagi mahasiswa. 2 Perlu ditegaskan di sini bahwa penciptaan ketrampilan berusaha yang dimaksud adalah untuk mahasiswa pengusul PKMK, begitu juga pelaku aktivitas usaha/bisnis yang didanai dalam PKMK adalah kelompok mahasiswa pengusul PKMK. Kelompok mahasiswa pengusul sebagai wirausahawan baru bisa menjalin kerjasama dengan kelompok masyarakat produktif, namun dana PKMK tidak dimaksudkan untuk membantu peningkatan ekonomi kelompok masyarakat tertentu. Dalam PKMK sama sekali tidak diijinkan dilakukannya penelitian/ percobaan untuk mencari temuan.
-          PKM-M Pengabdian Masyarakat
Kreativitas yang inovatif dalam melaksanakan program membantu masyarakat, yaitu program yang mampu memberikan peningkatan kecerdasan, keterampilan, dan pengetahuan masyarakat seperti penataan dan perbaikan lingkungan, pelatihan keterampilan kelompok masyarakat, pengembangan kelembagaan masyarakat, penciptaan karya seni dan olah raga, dll. PKMM menuntut ditetapkannya masyarakat sasaran strategis dan persoalannya sebelum menyusun proposal. Pengetahuan atau teknologi yang akan digunakan dalam kegiatan pengabdian sudah harus dikenal dan dikuasai. Tidak ada kegiatan penelitian dalam PKMM.
-          PKM-T Teknologi
Program bantuan teknologi (mutu bahan baku, prototipe, model, peralatan atau proses produksi, pengolahan limbah, sistem jaminan mutu dll) atau manajemen (pemasaran, pembukuan, status usaha dll) atau lainnya bagi industri berskala mikro atau kecil (industri rumahan, pedagang kecil atau koperasi) menengah atau berskala besaryg menyangkut kepentingan masyarakat luas dam sesuai  dg kebutuhan calon mitra program.
Mitra program : pedagang, penjual jasa.
PKM-T wajibkan mahasiswa bertukar pikiran dg mitra terlebih dahulu krn produk PKM-T merupakan solusi atas persoalan mitra
-          PKM-KC Karsa Cipta
Program penciptaan yang didasari atas karsa dan nalar mahasiswa, bersifat konstruktif serta menghasilkan suatu sistem, desain,  model/barang atau prototipe dan sejenisnya. Karya cipta tersebut bisa saja belum memberikan nilai kemanfaatan bagi pihak lain
-          PKM-AI Artikel Ilmiah
Program penulisan artikel ilmiah yang bersumber dari suatu kegiatan kelompok dalam bidang pendidikan, penelitian atau pengabdian masyarakat (misalnya studi kasus, praktik lapang, KKN, PKM dan magang).
-          PKM-GT Gagasan Tulis
Program penulisan artikel ilmiah yang bersumber dari ide atau gagasam visioner kelompok mahasiswa. Gagasan yang dituliskan dapat mengacu kepada isu aktual yang ada di masyarakat dan memerlukan solusi sistem yang berjangka panjang berdasarkan hasil karya pikir yang cerdas dan implementatif.

2.      Alur Kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa

Struktur Skripsi dan Analisis Latar Belakang

1.      Skripsi berjudul “Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Tingkat Kematangan Emosi Anak Kasus Pada 3 Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Pekuncen Banyumas Tahun Ajaran 2012/2013”

2.      Struktur tulisan dalam skripsi.
1)      Halaman Judul
2)      Halaman Pengesahan
3)      Pernyataan Keaslian Tulisan
4)      Motto dan Persembahan
5)      Kata Pengantar
6)      Abstrak
7)      Daftar Isi
8)      Daftar Tabel
9)      Daftar Grafik
10)  Daftar Lampiran
11)  BAB 1. PENDAHULUAN
a.       Latar Belakang
b.      Rumusan Masalah
c.       Tujuan Penelitian
d.      Manfaat Penelitian
e.       Sistematika Penulisan Skripsi
12)  BAB 2. LANDASAN TEORI
a.       Penelitian Terdahulu
b.      Kematangan Emosi
c.       Pengertian Emosi
d.      Pengertian Kematangan Emosi
e.       Ciri-Ciri Emosi Pada Remaja
f.       Ciri-Ciri Kematangan Emosi
g.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
h.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kematangan Emosi
i.        Perceraian Orang Tua
j.        Pengertian Perceraian Orang Tua
k.      Faktor Penyebab Perceraian Orang Tua
l.        Dampak Perceraian Terhadap Tingkat Kematangan Emosi Anak
13)  BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
a.       Jenis Penelitian
b.      Subyek Penelitian  
c.       Fokus Penelitian  
d.      Sumber Data Penelitian
e.       Teknik Pengumpulan Data
f.       Observasi
g.      Wawancara
h.      Keabsahan Data
i.        Triangulasi Sumber
j.        Triangulasi Teknik
k.      Analisis Data
l.        Reduksi Data
m.    Penyajian Data
n.      Penarikan Simpulan Atau Verifikasi
14)  BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
a.       Hasil Penelitian
b.      Gambaran   Kondisi   Emosi   Anak   Korban   Perceraian   Sebelum Terjadi Perceraian
c.       Subyek Pertama
d.      Subyek Kedua
e.       Subyek Ketiga
f.       Gambaran   Kondisi   Emos Ana Korba Perceraian   Setelah Perceraian
g.      Subyek Pertama
h.      Subyek Kedua
i.        Subyek Ketiga
j.        Dampak  Perceraian  Orang  Tua  Terhadap  Tingkat  Kematangan Emosi Anak
k.      Pembahasan
l.        Subyek Pertama
m.    Subyek Kedua
n.      Subyek Ketiga
o.      Implikasi  bagi Pelaksana  Layanan  Bimbingan  dan Konseling  Di Sekolah
p.      Keterbatasan Penelitian
15)  BAB 5. PENUTUP
a.       Simpulan
b.      Saran
16)  Daftar Pustaka
17)  Lampiran

3.      Analisis Latar Belakang.
Bentuk emosi ada beberapa macam seperti : marah, malu, takut, cemas, cemburu, iri hati, sedih, gembira, kasih sayang, dan rasa ingin tahu. Pada masa remaja lebih cenderung memiliki emosi yang belum stabil sehingga terkadang muncul dengan sikap yang meledak-ledak. Remaja yang tidak dapat mengontrol emosinya dengan baik dapat menimbulkan rasa tidak aman, tidak senang, khawatir dan kesepian.
Kematangan emosi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk merespon emosi dengan baik, mampu mengontrol emosi, dan dapat bertindak secara dewasa.  Berikut merupakan tanda-tanda individu yang mengalami kematangan emosi menurut Walgito (2004: 45) sebagai berikut:
1.      Mampu menerima keadaan drinya maupun orang lain dengan baik.
2.      Mampu merespon stimulus dengan baik.
3.      Dapat mengontrol emosi dengan baik.
4.      Mempunyai sifat sabar, penuh pengertian, dan mempunyai toleransi yang baik.
5.      Mempunyai rasa tanggung jawab yang besar, dapat berdiri sendiri, tidak mudah frustasi, dan penuh pengertian dalam menghadapi masalah.
Masa remaja memiliki energi yang besar, perkembangan emosinya belum stabil sedangkan pengendalian dirinya belum terbentuk secara sempurna. Emosi seseorang dapat dikatakan matang jika ia dapat mengendalikan emosinya dengan baik sehingga akan menimbulkan suatu kebahagiaan.
Walgito (2004: 44) berpendapat bahwa antara kematangan emosi dan pikiran akan saling kait mengkait. Remaja yang emosinya telah matang memberikan reaksi emosional yang stabil dan tidak berubah-ubah.
Ada beberapa faktor untuk membentuk kematangan emosi anak seperti membimbing anak di lingkungan sekolah agar emosinya terjaga stabil. Pada usia antara 13-18 tahun remaja pada posisi awal, dimana masih mengalami banyak masalah, baik masalah fisik maupun psikologis.
Agar pergaulan sehari-hari dapat berjalan dengan baik dan dapat hidup dengan tentram mengendalikan emosi diri sangat penting, karena emosi dapat menghubungkan diri kepada orang lain.
Salah satu faktor yang dapat membentuk kematangan emosi anak adalah hubungan yang baik dengan orang tua atau keluarga. Keluarga merupakan suatu hal yang utama bagi anak karena keluarga sangat perperan penting dalam membentuk sikap dan karakter anak. Keluarga terbentuk karena adanya suatu perkawianan. Dalam suatu hubungan terkadang terdapat beberapa ketidak cocokan sehingga dapat menimbulkan suatu perpisahan atau perceraian.
Berakhirnya hubungan suami istri dan telah diputuskan oleh hukum dapat diartikan sebagai sebuah perceraian. Pada masa-masa ini perhatian yang besar terhadap anak sangat dibutuhkan, karena pada masa-masa ini anak sedang mengalami rasa kehilangan akan salah satu anggota keluarganya, ayah atau pun ibu. Hubungan yang tidak baik antara anak dan orang tua dapat menimbulkan suatu kemarahan yang dalam yang akan melekat pada diri anak.
Perceraian dapat terjadi karena ada beberapa sebab seperti : ketidakharmonisan, tidak ada tanggung jawab, dan masalah ekonomi.  Semakin tinggi angka perceraian maka semakin banyak pula anak-anak yang menjadi korban perceraian.
Dari suatu perceraian dapat menimbulkan suatu luka yang mendalam, bingung, marah, dan menimbulkan rasa tidak aman. Terkadang mereka tidak bisa menerima realita yang ada, sehingga dapat menimbulkan sikap bandel, nakal, pesimis, penakut, dan tidak konsentrasi dalam menerima pelajaran. Untuk itu hubungan yang baik antara anak dan kedua orang tua sangat diperlukan untuk membentuk kematangan emosi pada anak.
Disini peneliti melakukan suatu penelitian di SMP Negeri 2 Pekuncen Banyumas, dimana di sekolah tersebut terdapat beberapa siswa yang memiliki keluarga tidak utuh atau sudah bercerai. Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti menghasilkan sebuah data bahwa anak yang orang tuanya mengalami sebuah perceraian dapat menimbulkan sikap yang negatif seperti tidak dapat menerima keadaan yang alami, sering tergesa-gesa dalam bertindak, cenderung tidak dapat mengatur kapan emosi atau kemarahan diungkapkan, kurang memiliki rasa tanggung jawab, cenderung tidak dapat mandiri, cenderung bersikap tidak sabar, dan acuh dengan lingkungan sekitarnya. Kematangan emosi yang dimiliki anak yang kedua orangtuanya bercerai cenderung memiliki tingkat kematangan emosi yang rendah, dapat dilihat dari beberapa sikap yang muncul seperti tidak dapat mengendalikan emosi, sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, mudah tersinggung, sering melanggar peraturan sekolah, dan sering mencari perhatian kepada orang lain.
Sebagian besar anak-anak korban perceraian cenderung tidak dapat mengontrol emosi dari perceraian orang tua mereka, sehingga terkadang mereka melampiaskan rasa frustasi mereka terhadap hal-hal yang berlawanan dengan peraturan yang ada. Namun, ada beberapa anak yang dapat mengatasi atau melewati masa-masa sulit tersebut dengan cara yang positif seperti aktif dalam kegiatan organisasi, mampu hidup dengan mandiri, bahkan memiliki prestasi yang baik dalam bidang akademiknya. Anak tersebut merasa bahwa ia harus bangkit dan tidak boleh terpuruk terlalu lama dalam kehidupannya.